Total Tayangan Halaman

Kamis, 21 Januari 2016

Keterkaitan Pemimpin dengan Manajemen



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti  yang diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Motivasi orang untuk berperilaku ada dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar. Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya. kepemimpinan harus diarahkan agar orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi perilaku yang ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan orang-orang untuk saling bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati bersama. Dalam implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu menumbuhkan kesadaran orang-orang dalam perguruan tinggi untuk melakukan peningkatan-peningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok maupun kinerja perguruan tinggi secara terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok merupakan salah satu kunci keberhasilan.
Dalam proses tersebut pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diinginkan bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
Kepemimpinan yang merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat memotivasi anggota organisasi perguruan tinggi untuk melakukan perbaikan-perbaikan mutu. Tetapi kalau setiap kali dan dalam setiap hal harus memberi perintah atau pengarahan, itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau setiap melakukan pekerjaan dengan baik itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak ada perintah pimpinan tidak dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja yang terus menerus akan sulit diwujudkan. Oleh karena itu agar kepemimpinan itu selain untuk memberi pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan mutunya, juga perlu digunakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu menumbuhkan kesadaran akan perlunya setiap orang dalam perguruan tinggi itu selalu berupaya meningkatkan mutu kinerjanya masing-ma-sing secara individual maupun bersama-sama sebagai kelompok ataupun sebagai organisasi.
1.2              Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Manajemen itu ?
2.      Bagaimanakah keterkaitan antara pemimpin dengan manajemen ?
3.      Sarana apa yang digunakan seorang pemimpin dalam manajemen ?
4.      Bagaimanakah tipe-tipe pemimpin yang baik ?
5.      Adakah gaya kepemimpinan yang ideal ?
1.3              Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas Manajemen tingkat semester I.
2.      Untuk mengetahui keterkaitan antara pemimpin dengan manajemen.




BAB II
LANDASAN TEORI
            “ Siapa yang membutuhkan manajemen ?” pertanyaan ini sering dijawab : “ Perusahaan (bisnis) !” tentu saja benar sebagian, tetapi tidak lengkap, karena manajemen juga dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua tipe organisasi. Dalam praktek, manajemen dibutuhkan di mana saja orang-orang bekerja bersama (organisasi) untuk mencapai tujuan bersama.
            Kemudian dalam manajemen terdapat beberapa definisi, seperti yang disampaikan oleh Mary Parker Follet yaitu “seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.” Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang, seperti yang dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut :Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguanaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
            Kemudian apa keterkaitan manajemen dengan kepemimpinan ? Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. George R. Terry menyatakan “ kepemimpinan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang-orang lain bertindak, sehingga kemampuan seoran manajer dapat diukur dari kemampuannya dalam menggerakkan orang lain untuk pekerjaannya.” Sedangkan Manajemen berarti mengelola, sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti planning, Organizing, Actuating, Controling. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan cepat. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Seorang peneliti, Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat tersebut adalah:
1.      Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas atau pelaksana fungsi dasar manajemen terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain.
2.      Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses.
3.      Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
4.      Ketegasan
5.      Kepercayaan diri
6.      Inisiatif atau kemampuan untuk bertindk tidak tergantung mengembangkan serangkain kegiatan dan menemukan cara-cara baru untuk inovasi.
            Dalam organisasi, seperti juga dalam kehidupan lainya, dibutuhkan fleksibelitas. Ini membantu untuk menanggapi terhadap orang-orang dan situasi-situsai secara tepat dan membuat penyesuaian bila terjadi penyimpangan dari antisipasi. Sebagai manajer, semua orang harus berhati-hati terhadap berbagi macam gaya kepemimpinan yang tersedia. Tetapi semua orang harus mengguankan pengamatannya sendiri untuk mempelajari kepemimpinan dengan situasi-situasi nyata. Penting juga dilakukan percobaan denganberbagai pendekatan yang berbeda dan mempelajarinya melalui analisa terdhadap hasil-hasil. Sebagai manajer perilaku kepemimpinannya akan dipelajari pada jabatannya, saat berinteraksi dengan para bawahan dan tugas-tugas mereka. Kemudian kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan hal yang paling vital, oleh sebab itu seorang pimpinan harus mengetahui fungsi kepemimpinan. Adapun fungsi kepemimpinan yaitu:
a. mengkoordinasikan para anggotanya.
b. membuat keputusan dan membuat kebijakan.
c. mengadakan hubungan kerja/komunikasi dengan baik dan benar ke dalam maupun ke luar.
d. penghubung antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain.
e. sebagai konseptor, penggerak. pengarah, pengatur dan pengawas.
f. pembinaan kerja.


BAB III
STUDI KASUS

Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun dari tentar. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.
Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya kepada Drs. Abdul Hakim, AK, manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul Halim menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”, bahwa para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “dalam tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat seperti itu.”

Pertanyaan kasus :
  1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara.
  2. Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?
Jawab :
  1. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh hartoyo adalah gaya kepemimpinan otoriter, yaitu gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otoriter ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Keuntungan dalam menggunakan gaya kepemimpinan otoriter : Bawahan tidak perlu memikirkan apapun, bawahan cukup melaksanakan apa yang diputuskan dari pemimpin. Kelemahan dalam menggunakan gaya kepemimpinan otoriter : Semua aspek kegiatan dalam perusahaan dikendalikan oleh pemimpin, sehingga apabila ada suatu masalah dalam perusahaan tersebut semuanya hanya tergantung pada pimimpin dan bawahan tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan. Sehingga kurang adanya kerjasama dalam perusahaan tersebut.Pebandingan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara: Dalam membangun sebuah perusahaan diperlukan kerjasama antara pemimpindengan bawahan. Sehingga bawahan hartoyo yang sekarang ingin ikut dalammembangun perusahaan tersebut secara bersama-sama agar tercapainya sebuah tujuan. Sedangkan bawahan hartoyo sewaktu di tentara merupakan anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi. Sehingga mereka membutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter.
  2. Apabila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya perusahaan tersebut dapat mengalami gulung tikar, apabila seorang pimimpin hanya mengutamakan keputusan sendiri tanpa menerima saran dari bawahan. Saran kami, sebaiknya Hartoyo dapat merubah gaya kepemimpinan otoriternya dengan gaya kepemimpinan demokrastis, yaitu gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Sehingga Hartoyo akan mudah untuk mencapai tujuan perusahaannya apabila merubah gaya kepemimpinannya dengan gaya kepemimpinan demokratis .






BAB IV
PEMBAHASAN
4.1       Pengertian Manajemen.
Manajemen berasal dari kata “ to manage “ yang berarti mengatur, mengurus, mengelola. Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilalukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya. Pengertian manajemen menurut para ahli :
1.      Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan upaya anggota organisasi menggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( James A.F Stoner )
2.      Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain ( Lawrence A.Appley )
3.      Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain ( Horold Koontz dan Cyril O’donnel ).
4.      Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk mementukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melali pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber daya lainnya( R. Terry )
5.      Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada SDM untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Drs. Oey Liang Lee )
6.      Manajemen adalah proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain( Stephen P.Robbins )
7.      Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985).

4.2       Keterkaitan antara pemimpin dengan manajemen.
Pemimpin merupakan hal yang paling penting dalam sebuah manajemen. Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan dari Covey.Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasana kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan utama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin jga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan : “apa yang membantu seorang pemimpin efektif ?”. hampir semua orang, bila diajukan pertanyaan itu akan menjawab bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat-sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan. Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
 Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan  yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya. Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.
                        Ada tiga hal penting dalam metodekepemimpinan, yaitu: Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner,  yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
            Dalam fungsi manajemen terdapat  elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer /pemimpin dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Manajer Mengelola fungsi-fungsi:
1.      Perencanaan
Kegiatan seorang manajer/pemimpin adalah menyusun rencana. Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.
2.      Pengorganisian
Pengorganisasian atau organizing berarti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-bagian satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut. Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
3.      Menggerakkan
Menggerkakan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
4.      Pengawasan
Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan  yang telah ditetapkan.

4.3         Sarana seorang pemimpin dalam manajemen.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man, money, materials, machines, method, dan markets.
1.      Manusia
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2.      Uang.
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya suatu kegiatan juga bias diliat dengan indikasi dana/uang yang diperlukan atau justru dihasilkan dalam suatu kegiatan.


3.      Bahan.
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4.      Mesin.
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
5.      Metode.
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan suatu program. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
6.      Sasaran.
Dalam rangka suksesi suatu program maka kita harus melihat sasaran dari program secara utuh/holistic. Perumusan Visi Organisasi : Banyak organisasi  yang tidak dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. Nanti setelah berjalan selama bertahun- tahun, -karena pengaruh berbagai tekanan yang kerapkali menimbulkan konflik- barulah secara bertahap mereka mulai mendefinisikan kembali tugas- tugasnya. Visi akan menuntun mereka untuk mengetahui cara paling efektif untuk mencapainya, yang biasa disebut misi. Lalu dibutuhkan strategi dan aktivitas guna mencapai misi tersebut. Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah organisasi. Semua anggota organisasi harus mengetahui visi dan misi serta sepakat dengan strategi yang akan dijalankan. Hal ini akan mewarnai kerja rutin dan meningkatkan motivasi serta kepuasan kerja mereka. Cara terbaik untuk memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik bersama adalah melibatkan orang sebanyak mungkin dalam proses perumusannya. Perumusan visi dan misi ini diawali dengan berdiskusi bersama pengguna pelayanan atau kelompok lain yang menerima manfaat dari organisasi ini. Peluang melibatkan banyak orang bisa diperoleh melalui pertemuan formal dan informal serta lokakarya dan seminar. Untuk mencari dan mendalami isu-isu tertentu bisa dibentuk kelompok kerja. Selain itu studi tour dan kunjungan pertukaran ke organisasi lain yang melakukan pekerjaan serupa bisa menstimulas lahirnya ide-ide bermanfaat. Hal lain yang penting adalah pertemuan dan diskusi dengan organisasi lain yang bekerja di wilayah yang sama atau organisasi mitra. Dan untuk memastikan semua orang mengetahui apa yang sedang berlangsung dan mampu memberikan konstribusi secara efektif maka dibutuhkan sistem komunikasi internal yang baik.

4.4              Tipe-tipe Kepemimpinan.
Seperti yang telah dibahas diatas “kepemimpinan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang-orang lain bertindak, sehingga kemampuan seorang manajer daoat diukur melalui kemampuannya dalam menggerkakkan orang lain untuk bekerja” ( George R. Terry ). Dalam kepemimpinan terdapat tipe-tipe kepemimpinan, seperti :
1.      Tipe Otokrasi
2.      Tipe Laissez Faire
3.      Tipe Paternalistik
4.      Tipe Militeristik
5.      Tipe Demokrasi
6.      Tipe Open Leadership.
Kemudian untuk mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: kemauan dan keinginan sepihak; kebanggaan dan penolakan; dan ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

Ø  Tipe pemimpin otokrasi biasanya mempunyai ciri-ciri :
1.      Mengandalkan kepada kekuatan/ kekusasaan
2.      Menganggap dirinya paling berskuasa
3.      Keras dalam mempertahankan prinsip
4.      Jauh dari para bawahan
5.      Perintah diberikan secara paksa.
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada perintah, mengambil keputusan personal dan meminta bawahan untuk mematuhinya. Walaupun kepemimipinan otoriter sedikit disenangi bawahannya namun kepemimpinan otoriter sangat tepat digunakan saat krisis.(Macionis, 2008) Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota – anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang – undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.
a. Kelebihan :
        1). Keputusan dapat diambil secara cepat dan efisien
        2). Mudah dilakukan pengawasan (controling)
        3). Sangat cocok digunakan pada saat kelompok mengalami krisis
            b. Kelemahan
         1). Pemimpin tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
         2). Setiap perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai    kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan oleh pemimpin.
3). Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
          4).Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
5). Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang –            orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang – orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang – orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
               6). Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung
               7). Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau    menimbulkan sifat apatis.
Ø   Tipe Laissez Faire :
1.      Memberi kebebasan kepada para bawahan
2.      Pemimpin tidak terlibat dalam kegiatan
3.      Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan
4.      Tidak mempunya wibawa
5.      Tida ada koordinasi dan penagawasan yang baik
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan maupun menanggulangi masalahnya sendiri.
Gaya ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jika tidak ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka merasa bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Walau begitu, dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi, gaya kepemimpinan laissez-faire ini adalah yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu. Secara garis besar, perbedaaan antara paradigma lama dan baru dilihat dari aspek-aspek antara lain berikut ini :
a.                   Dari aspek tanggung jawab organisasi: paradigma lama menitikberatkan pada pertanggungjawaban organisasi tentang lingkungan akibat dari proses input-proses-output organisasi sedangkan pada paradigma baru menekankan tanggungjawab pada pembangunan yang berkelanjutan.
b.                  Dari aspek tim manajemen: paradigma lama menekankan struktur dan fungsi interaksi kelompok untuk mencapai sinergi sosial dalam mengelola organisasi masing-masing, sedangkan paradigma baru menitikberatkan pada struktur dan proses dengan pendekatan learning organization.
c.                   Dari aspek kepemimpinan manajemen: paradigma lama menitikberatkan pada kapasitas individual manajer dalam memimpin, sedangkan paradigma baru menekankan keunggulan diri manajer (self-mastery) dalam memimpin.
Kesemua perjalananan dan dinamika faktor-faktor organisasi tersebut baik eksternal maupun internal, telah membawa perubahan paradigma kepemimpinan yang dinamis dan fleksibel. Perubahan tersebut banyak menyangkut pada pembentukan mental pribadi manajer dan pembentukan visi manajer serta organisasi.
Ø  Tipe demokrasi :
1.      Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi
2.      Bersifat terbuka
3.      Bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide baru
4.      Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah utnuk mufakat
5.      Menghargai potensi individu.
Dalam gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin tidak banyak menggunakan kontrol apabila dibandingkan dengan ketiga gaya kepemimpinan sebelumnya. Pemimpin demokratik mengharapkan seluruh anggotanya untuk berbagi tanggung jawab dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Pemimpin yang demokratik, memiliki kepedulian terhadap hubungan antarpribadi maupun hubungan tugas di antara para anggota kelompok. Meskipun nampaknya kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya ini dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena gaya kepemimpinannya ini mampu memaksimalkan kemampuan yang  dimiliki para anggotanya.
a.       Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi
b.      Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan
c.       Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya
d.      Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menunjang harkat dan martabat manusia.
e.       Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

4.5                                 Adakah gaya kepemimpinan yang ideal ?
Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali dan menyediakan besaran pembinaan yang tepat bagi bawahan. Selain itu pemimpin tersebut nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, meliputi nyaman dengan posisi sebagai pemegang kekuasaan, percaya diri dengan kemampuannya untuk memimpin, dan kemampuan untuk mendengarkan perasaan dan kata-kata orang lain.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu memahami dan memenuhi tiga jenis kebutuhan dalam oganisasi, yaitu kebutuhan tugas, kebutuhan individu, dan kebutuhan tim. Konsep fungsi kepemimpinan efektif berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa konsep kepemimpinan efektif adalah konsep kepemimpinan yang memperhatikan relasi dan kebutuhan antara pemimpin dan pengikut, di mana di dalamnya terdapat karakteristik yang menjadi instrumen untuk menghasilkan output kepemimpinan. Instrumen kepemimpinan tersebut merupakan hubungan yang didasari oleh kebajikan moral dan sosial. Ketika seorang pemimpin bersedia memahami bawahan maka bawahan akan memiliki kemampuan untuk melakukan pengembangan diri sendiri. Dengan adanya kepemimpinan partisipatif maka membuka ruang bagi pemberdayaan staf untuk berhubungan dengan bawahan. Ini artinya, pemimpin yang efektif harus memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi bawahan, situasi lingkungan. 
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin atau manager sehingga bisa dikatakan sebagai pemimpin yang baik, antara lain :
1.     Pemimpin atau manager dapat membuat orang lain nyaman untuk berterus terang sehingga tidak ada rasa takut dari bawahan untuk menyerukan pendapat.
2.     Pemimpin harus sebagai pengambil keputusan yang ahli dan komunikator yang baik.
3.     Pemimpin yang baik harus dapat memahami kemampuan serta kelemahan dari kolega mereka serta memberikan masukan dengan benar.
4.     Harus dapat memberikan dan melaksanakan contoh yang pemimpin berikan dan berperilaku positif.
5.     Pemimpin juga harus dapat mengukur dan menghargai kinerja bawahannya.
6.     Pemimpin yang baik juga harus mengatasi masalah tanpa menunda-nunda masalah tersebut.
7.     Dan harus dapat menjadi guru yang baik bagi bawahannya.











BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
  1. SIMPULAN
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara efektif. Manajemen berarti mengelola, sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajemen menjaga hal-hal, pemimpin mengembangkan hal-hal. Manajemen berfokus pada sistem dan struktur sedangkan kepemimpinan berfokus pada orang-orang Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana sang pemimpin mampu mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Kemampuan intelektualnya yang tinggi, telah membentuk gaya kepemimpinan gagasan, organisasi adalah hanyalah alat atau instrumen dari sebuah pemikiran  yang diusung bersama sama, dipahami, dan disepakati bersama sama.
  1. SARAN
Kepemimpinan dikatakan sukses jika orang-orang itu kemudian bergerak, maju dan menganggap tujuan tadi milik mereka yang harus mereka perjuangkan dan capai. Pengaruh kepada lingkungannya, Manajemen kepemimpinen sangat berpengaruh keberadaannya, mendorong perubahan dalam organisasi.








DAFTAR PUSTAKA

Handoko,T Hani.2009.Manajemen.Edisi 2 Yogyakarta:BPFE.
W. Brown steven. 1998. manajemen kepemipinan. Jakarta: Profesional Books.
Bongkar,Rahman.2014.Gaya Kepemimpinan Laissez Faire”. Diunduh Sabtu,03     Januari 2015,pukul 19.45 WIB.
Rahman,Citra Putri.2013.”Gaya Kepemimpinan Yang Ideal”.Diunduh Sabtu,03 Januari 2015,pukul 19.55 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar