BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemimpin adalah inti
dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada
pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku
orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi
itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan,
yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain. Kepe-mimpinan dalam organisasi
diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat
seperti yang diharapkan ataupun
diarahkan oleh orang yang memimpinnya. Motivasi orang untuk berperilaku ada dua
macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi
ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk
berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar.
Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal
dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri
untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya. kepemimpinan harus
diarahkan agar orang-orang mau berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Jadi perilaku yang ditimbulkan oleh kepemimpinan itu berupa kesediaan
orang-orang untuk saling bekerjasama mencapai tujuan organisasi yang disepakati
bersama. Dalam implementasinya kepemimpinan yang berhasil adalah yang mampu
menumbuhkan kesadaran orang-orang dalam perguruan tinggi untuk melakukan
peningkatan-peningkatan mutu kinerja dan terciptanya kerjasama dalam
kelompok-kelompok untuk meningkatkan mutu kinerja masing-masing kelompok maupun
kinerja perguruan tinggi secara terpadu. Adanya kerjasama-kerjasama kelompok
merupakan salah satu kunci keberhasilan.
Dalam proses tersebut
pimpinan membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku
orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju
sasaran yang diinginkan bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa
dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada
orang-orang itu untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha
mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi
orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya
bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada
pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan
nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat
yang lebih bermutu. Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
Kepemimpinan yang
merupakan faktor eksternal tadi, harus selalu dapat memotivasi anggota
organisasi perguruan tinggi untuk melakukan perbaikan-perbaikan mutu. Tetapi
kalau setiap kali dan dalam setiap hal harus memberi perintah atau pengarahan,
itu akan menimbulkan kesulitan. Kalau setiap melakukan pekerjaan dengan baik
itu harus dengan perintah pimpinan, dan kalau tidak ada perintah pimpinan tidak
dilakukan pekerjaan dengan baik, maka perbaikan mutu kinerja yang terus menerus
akan sulit diwujudkan. Oleh karena itu agar kepemimpinan itu selain untuk
memberi pengarahan atau perintah tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan
mutunya, juga perlu digunakan untuk menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu
menumbuhkan kesadaran akan perlunya setiap orang dalam perguruan tinggi itu
selalu berupaya meningkatkan mutu kinerjanya masing-ma-sing secara individual
maupun bersama-sama sebagai kelompok ataupun sebagai organisasi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian Manajemen itu ?
2. Bagaimanakah
keterkaitan antara pemimpin dengan manajemen ?
3. Sarana
apa yang digunakan seorang pemimpin dalam manajemen ?
4. Bagaimanakah
tipe-tipe pemimpin yang baik ?
5. Adakah
gaya kepemimpinan yang ideal ?
1.3
Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas Manajemen tingkat semester I.
2. Untuk
mengetahui keterkaitan antara pemimpin dengan manajemen.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
“ Siapa yang membutuhkan manajemen
?” pertanyaan ini sering dijawab : “ Perusahaan (bisnis) !” tentu saja benar
sebagian, tetapi tidak lengkap, karena manajemen juga dibutuhkan untuk semua
tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua tipe organisasi. Dalam praktek,
manajemen dibutuhkan di mana saja orang-orang bekerja bersama (organisasi)
untuk mencapai tujuan bersama.
Kemudian dalam manajemen terdapat
beberapa definisi, seperti yang disampaikan oleh Mary Parker Follet yaitu “seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain.” Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya
tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang, seperti
yang dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut :
“Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan pengguanaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
Kemudian
apa keterkaitan manajemen dengan kepemimpinan ? Kepemimpinan
adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen berusaha untuk mewujudkan agar
arah tadi bisa tercapai. George R. Terry menyatakan “ kepemimpinan merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer
yang menyebabkan orang-orang lain bertindak, sehingga kemampuan seoran manajer
dapat diukur dari kemampuannya dalam menggerakkan orang lain untuk
pekerjaannya.” Sedangkan Manajemen berarti mengelola, sedangkan
kepemimpinan, menginovasi. Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi
tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai
seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar mencapai tujuan dan sasaran.
Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain
seperti planning, Organizing, Actuating, Controling. Sebagai contoh, seorang
manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara
bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan cepat. Manajer/Pemimpin adalah seorang
yang karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi
untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan
organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Seorang
peneliti, Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan
sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat
tersebut adalah:
1. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas atau
pelaksana fungsi dasar manajemen terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan
orang lain.
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup
pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses.
3. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif
dan daya pikir.
4. Ketegasan
5. Kepercayaan diri
6. Inisiatif atau kemampuan untuk bertindk tidak
tergantung mengembangkan serangkain kegiatan dan menemukan cara-cara baru untuk
inovasi.
Dalam organisasi, seperti juga dalam
kehidupan lainya, dibutuhkan fleksibelitas. Ini membantu untuk menanggapi terhadap
orang-orang dan situasi-situsai secara tepat dan membuat penyesuaian bila
terjadi penyimpangan dari antisipasi. Sebagai manajer, semua orang harus
berhati-hati terhadap berbagi macam gaya kepemimpinan yang tersedia. Tetapi
semua orang harus mengguankan pengamatannya sendiri untuk mempelajari
kepemimpinan dengan situasi-situasi nyata. Penting juga dilakukan percobaan
denganberbagai pendekatan yang berbeda dan mempelajarinya melalui analisa
terdhadap hasil-hasil. Sebagai manajer perilaku kepemimpinannya akan dipelajari
pada jabatannya, saat berinteraksi dengan para bawahan dan tugas-tugas mereka.
Kemudian kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan hal
yang paling vital, oleh sebab itu seorang pimpinan harus mengetahui fungsi
kepemimpinan. Adapun fungsi kepemimpinan yaitu:
a. mengkoordinasikan para
anggotanya.
b. membuat keputusan dan membuat
kebijakan.
c. mengadakan hubungan
kerja/komunikasi dengan baik dan benar ke dalam maupun ke luar.
d. penghubung antara organisasi
yang satu dengan organisasi yang lain.
e. sebagai konseptor, penggerak.
pengarah, pengatur dan pengawas.
f. pembinaan kerja.
BAB III
STUDI KASUS
Drs.
Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu
perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia
pensiun dari tentar. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung
dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan
agresif.
Pada
jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya kepada Drs. Abdul Hakim, AK,
manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang
rendah dalam departemen produksi. Abdul Halim menjawab bahwa dia telah
mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”, bahwa para karyawan
Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat
sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “dalam tentara, saya membuat semua
keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat
seperti itu.”
Pertanyaan kasus
:
- Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara.
- Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?
Jawab :
- Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh hartoyo adalah gaya kepemimpinan otoriter, yaitu gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otoriter ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Keuntungan dalam menggunakan gaya kepemimpinan otoriter : Bawahan tidak perlu memikirkan apapun, bawahan cukup melaksanakan apa yang diputuskan dari pemimpin. Kelemahan dalam menggunakan gaya kepemimpinan otoriter : Semua aspek kegiatan dalam perusahaan dikendalikan oleh pemimpin, sehingga apabila ada suatu masalah dalam perusahaan tersebut semuanya hanya tergantung pada pimimpin dan bawahan tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan. Sehingga kurang adanya kerjasama dalam perusahaan tersebut.Pebandingan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara: Dalam membangun sebuah perusahaan diperlukan kerjasama antara pemimpindengan bawahan. Sehingga bawahan hartoyo yang sekarang ingin ikut dalammembangun perusahaan tersebut secara bersama-sama agar tercapainya sebuah tujuan. Sedangkan bawahan hartoyo sewaktu di tentara merupakan anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi. Sehingga mereka membutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter.
- Apabila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya perusahaan tersebut dapat mengalami gulung tikar, apabila seorang pimimpin hanya mengutamakan keputusan sendiri tanpa menerima saran dari bawahan. Saran kami, sebaiknya Hartoyo dapat merubah gaya kepemimpinan otoriternya dengan gaya kepemimpinan demokrastis, yaitu gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Sehingga Hartoyo akan mudah untuk mencapai tujuan perusahaannya apabila merubah gaya kepemimpinannya dengan gaya kepemimpinan demokratis .
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian
Manajemen.
Manajemen berasal dari
kata “ to manage “ yang berarti mengatur, mengurus, mengelola. Manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilalukan untuk menentukan
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan SDM dan sumber
daya lainnya. Pengertian manajemen menurut para ahli :
1.
Manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan upaya anggota
organisasi menggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan ( James A.F Stoner )
2.
Manajemen adalah
seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain ( Lawrence
A.Appley )
3.
Manajemen adalah
usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain ( Horold
Koontz dan Cyril O’donnel ).
4.
Manajemen adalah
suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk mementukan
serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melali pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumber daya lainnya( R. Terry )
5.
Manajemen adalah
seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan dari pada SDM untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Drs. Oey
Liang Lee )
6.
Manajemen adalah
proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar
diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain( Stephen
P.Robbins )
7.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985).
4.2 Keterkaitan
antara pemimpin dengan manajemen.
Pemimpin merupakan hal yang paling penting dalam sebuah manajemen. Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan
manajemen berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen
lebih peduli kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai
secara efektif. Itu tadi adalah konsep manajemen dan kepemimpinan dari Covey.Dalam
kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasana kerja,
keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan utama tingkat prestasi suatu
organisasi. Para pemimpin jga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok,
organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul
pertanyaan : “apa yang membantu seorang pemimpin efektif ?”. hampir semua
orang, bila diajukan pertanyaan itu akan menjawab bahwa pemimpin yang efektif
mempunyai sifat-sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan. Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki
hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda
kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari
aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi
ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak
memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik
ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino,
Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih
banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal
menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya. Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan
ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh
karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal
agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau
personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa
kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga
melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.
Ada
tiga hal penting dalam metodekepemimpinan, yaitu: Kepemimpinan yang efektif
dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan
untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas
yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari
orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing
motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang
pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana
organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk
membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal)
yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah
yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta
berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai
beberapa generasi. Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan
implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau
menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu. Seorang pemimpin yang efektif
adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap
setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya.
Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap
permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya. Seorang pemimpin
yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya
(performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi,
mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk
rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan
sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan
mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
Dalam
fungsi manajemen terdapat elemen-elemen
dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan oleh manajer /pemimpin dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
Manajer Mengelola fungsi-fungsi:
1.
Perencanaan
Kegiatan
seorang manajer/pemimpin adalah menyusun rencana. Menyusun rencana berarti
memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat
membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan
terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.
2.
Pengorganisian
Pengorganisasian
atau organizing berarti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang
terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-bagian satu sama
lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.
Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
3.
Menggerakkan
Menggerkakan
atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial
dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal
ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
4.
Pengawasan
Pengawasan
merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan mengendalikan jalannya
suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
4.3
Sarana seorang
pemimpin dalam manajemen.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk
mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu man,
money, materials, machines, method, dan markets.
1.
Manusia
Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk
kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2.
Uang.
Uang
merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya suatu kegiatan juga bias diliat
dengan indikasi dana/uang yang diperlukan atau justru dihasilkan dalam suatu
kegiatan.
3.
Bahan.
Materi
terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak
akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4.
Mesin.
Dalam
kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan
efesiensi kerja.
5.
Metode.
Dalam
pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang
baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan
sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan suatu program. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian,
peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
6.
Sasaran.
Dalam
rangka suksesi suatu program maka kita harus melihat sasaran dari program
secara utuh/holistic. Perumusan Visi Organisasi : Banyak organisasi yang tidak dirancang untuk menjalankan tugas
tertentu. Nanti setelah berjalan selama bertahun- tahun, -karena pengaruh
berbagai tekanan yang kerapkali menimbulkan konflik- barulah secara bertahap
mereka mulai mendefinisikan kembali tugas- tugasnya. Visi akan menuntun mereka
untuk mengetahui cara paling efektif untuk mencapainya, yang biasa disebut
misi. Lalu dibutuhkan strategi dan aktivitas guna mencapai misi tersebut.
Pendekatan partisipatif mampu menguatkan visi, misi dan strategi sebuah
organisasi. Semua anggota organisasi harus mengetahui visi dan misi serta
sepakat dengan strategi yang akan dijalankan. Hal ini akan mewarnai kerja rutin
dan meningkatkan motivasi serta kepuasan kerja mereka. Cara terbaik untuk
memastikan bahwa visi dan misi menjadi milik bersama adalah melibatkan orang
sebanyak mungkin dalam proses perumusannya. Perumusan visi dan misi ini diawali
dengan berdiskusi bersama pengguna pelayanan atau kelompok lain yang menerima
manfaat dari organisasi ini. Peluang melibatkan banyak orang bisa diperoleh
melalui pertemuan formal dan informal serta lokakarya dan seminar. Untuk
mencari dan mendalami isu-isu tertentu bisa dibentuk kelompok kerja. Selain itu
studi tour dan kunjungan pertukaran ke organisasi lain yang melakukan pekerjaan
serupa bisa menstimulas lahirnya ide-ide bermanfaat. Hal lain yang penting
adalah pertemuan dan diskusi dengan organisasi lain yang bekerja di wilayah
yang sama atau organisasi mitra. Dan untuk memastikan semua orang mengetahui
apa yang sedang berlangsung dan mampu memberikan konstribusi secara efektif
maka dibutuhkan sistem komunikasi internal yang baik.
4.4
Tipe-tipe
Kepemimpinan.
Seperti yang telah dibahas diatas “kepemimpinan
merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan
orang-orang lain bertindak, sehingga kemampuan seorang manajer daoat diukur
melalui kemampuannya dalam menggerkakkan orang lain untuk bekerja” ( George R.
Terry ). Dalam kepemimpinan terdapat tipe-tipe kepemimpinan, seperti :
1.
Tipe Otokrasi
2.
Tipe Laissez
Faire
3.
Tipe
Paternalistik
4.
Tipe
Militeristik
5.
Tipe Demokrasi
6.
Tipe Open
Leadership.
Kemudian untuk mencapai
kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam
bentuk kebiasaan buruk, misalnya: kemauan dan keinginan sepihak; kebanggaan dan
penolakan; dan ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan
dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk
mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses
pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat
dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk
mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor
pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari
belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan
memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih
pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan
mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan
diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Ø Tipe pemimpin otokrasi biasanya mempunyai ciri-ciri :
1.
Mengandalkan
kepada kekuatan/ kekusasaan
2.
Menganggap
dirinya paling berskuasa
3.
Keras dalam
mempertahankan prinsip
4.
Jauh dari para
bawahan
5.
Perintah diberikan secara paksa.
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang
menekankan pada perintah, mengambil keputusan personal dan meminta bawahan
untuk mematuhinya. Walaupun kepemimipinan otoriter sedikit disenangi bawahannya
namun kepemimpinan otoriter sangat tepat digunakan saat krisis.(Macionis, 2008)
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota –
anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang – undang.
Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti
dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran.
Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.
a. Kelebihan :
1). Keputusan dapat diambil secara cepat dan efisien
2). Mudah dilakukan pengawasan (controling)
3). Sangat cocok digunakan pada saat kelompok mengalami krisis
b. Kelemahan
1). Pemimpin tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
2). Setiap perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai
kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap
perintah atau instruksi yang telah diberikan oleh pemimpin.
3). Inisiatif dan daya pikir
anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya.
4).Pengawasan
bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah
yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
5). Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang –
orang yang
dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang – orang tersebut diancam
dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang – orang yang berlaku taat dan
menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
6). Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan
kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan
langsung
7). Dominasi yang berlebihan mudah
menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.
Ø
Tipe Laissez
Faire :
1.
Memberi
kebebasan kepada para bawahan
2.
Pemimpin tidak
terlibat dalam kegiatan
3.
Semua pekerjaan
dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan
4.
Tidak mempunya
wibawa
5.
Tida ada
koordinasi dan penagawasan yang baik
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa
dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan maupun menanggulangi masalahnya sendiri.
Gaya ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jika tidak ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka merasa bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Walau begitu, dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi, gaya kepemimpinan laissez-faire ini adalah yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu. Secara garis besar, perbedaaan antara paradigma lama dan baru dilihat dari aspek-aspek antara lain berikut ini :
Gaya ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jika tidak ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka merasa bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Walau begitu, dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi, gaya kepemimpinan laissez-faire ini adalah yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu. Secara garis besar, perbedaaan antara paradigma lama dan baru dilihat dari aspek-aspek antara lain berikut ini :
a.
Dari aspek tanggung jawab organisasi: paradigma lama
menitikberatkan pada pertanggungjawaban organisasi tentang lingkungan akibat
dari proses input-proses-output organisasi sedangkan pada paradigma baru
menekankan tanggungjawab pada pembangunan yang berkelanjutan.
b.
Dari aspek tim manajemen: paradigma lama menekankan
struktur dan fungsi interaksi kelompok untuk mencapai sinergi sosial dalam
mengelola organisasi masing-masing, sedangkan paradigma baru menitikberatkan
pada struktur dan proses dengan pendekatan learning organization.
c.
Dari aspek kepemimpinan manajemen: paradigma lama
menitikberatkan pada kapasitas individual manajer dalam memimpin, sedangkan
paradigma baru menekankan keunggulan diri manajer (self-mastery) dalam
memimpin.
Kesemua
perjalananan dan dinamika faktor-faktor organisasi tersebut baik eksternal
maupun internal, telah membawa perubahan paradigma kepemimpinan yang dinamis
dan fleksibel. Perubahan tersebut banyak menyangkut pada pembentukan mental
pribadi manajer dan pembentukan visi manajer serta organisasi.
Ø Tipe demokrasi :
1.
Berpartisipasi
aktif dalam kegiatan organisasi
2.
Bersifat terbuka
3.
Bawahan diberi
kesempatan untuk memberi saran dan ide baru
4.
Dalam
pengambilan keputusan utamakan musyawarah utnuk mufakat
5.
Menghargai
potensi individu.
Dalam gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin tidak banyak menggunakan
kontrol apabila dibandingkan dengan ketiga gaya kepemimpinan sebelumnya.
Pemimpin demokratik mengharapkan seluruh anggotanya untuk berbagi tanggung
jawab dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Pemimpin
yang demokratik, memiliki kepedulian terhadap hubungan antarpribadi maupun
hubungan tugas di antara para anggota kelompok. Meskipun nampaknya kurang
terorganisasi dengan baik, namun gaya ini dapat berjalan dalam suasana yang
rileks dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan produktivitas dan
kreativitas, karena gaya kepemimpinannya ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki para anggotanya.
a.
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi
b.
Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan
kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan
c. Melihat
kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya
d. Memperlakukan
manusia dengan cara yang manusiawi dan menunjang harkat dan martabat manusia.
e. Seorang
pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
4.5
Adakah gaya
kepemimpinan yang ideal ?
Gaya
kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu
pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan
tersebut diwujudkan. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri,
kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah
yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Pemimpin yang ideal adalah
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali dan menyediakan besaran
pembinaan yang tepat bagi bawahan. Selain itu pemimpin tersebut nyaman dengan
diri sendiri dan orang lain, meliputi nyaman dengan posisi sebagai pemegang
kekuasaan, percaya diri dengan kemampuannya untuk memimpin, dan kemampuan untuk
mendengarkan perasaan dan kata-kata orang lain.
Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu memahami dan
memenuhi tiga jenis kebutuhan dalam oganisasi, yaitu kebutuhan tugas, kebutuhan
individu, dan kebutuhan tim. Konsep fungsi kepemimpinan efektif berdasarkan
beberapa pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa konsep kepemimpinan efektif
adalah konsep kepemimpinan yang memperhatikan relasi dan kebutuhan antara
pemimpin dan pengikut, di mana di dalamnya terdapat karakteristik yang menjadi
instrumen untuk menghasilkan output kepemimpinan. Instrumen kepemimpinan
tersebut merupakan hubungan yang didasari oleh kebajikan moral dan sosial. Ketika seorang pemimpin bersedia memahami bawahan maka bawahan akan
memiliki kemampuan untuk melakukan pengembangan diri sendiri. Dengan adanya
kepemimpinan partisipatif maka membuka ruang bagi pemberdayaan staf untuk
berhubungan dengan bawahan. Ini artinya, pemimpin yang efektif harus memiliki
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi bawahan, situasi lingkungan.
Ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin atau manager sehingga bisa dikatakan sebagai
pemimpin yang baik, antara lain :
1.
Pemimpin atau manager dapat membuat orang lain nyaman
untuk berterus terang sehingga tidak ada rasa takut dari bawahan untuk
menyerukan pendapat.
2.
Pemimpin harus sebagai pengambil keputusan yang ahli
dan komunikator yang baik.
3.
Pemimpin yang baik harus dapat memahami kemampuan
serta kelemahan dari kolega mereka serta memberikan masukan dengan benar.
4.
Harus dapat memberikan dan melaksanakan contoh yang
pemimpin berikan dan berperilaku positif.
5.
Pemimpin juga harus dapat mengukur dan menghargai
kinerja bawahannya.
6.
Pemimpin yang baik juga harus mengatasi masalah tanpa
menunda-nunda masalah tersebut.
7.
Dan harus dapat menjadi guru yang baik bagi
bawahannya.
BAB V
SIMPULAN DAN
SARAN
- SIMPULAN
Pemimpin adalah inti
dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada
pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Kepemimpinan adalah yang menentukan arah, sedangkan manajemen
berusaha untuk mewujudkan agar arah tadi bisa tercapai. Manajemen lebih peduli
kepada pemilihan metoda, cara-cara agar tujuan itu bisa tercapai secara
efektif. Manajemen berarti mengelola, sedangkan kepemimpinan, menginovasi. Manajemen
menjaga hal-hal, pemimpin mengembangkan hal-hal. Manajemen berfokus pada sistem
dan struktur sedangkan kepemimpinan berfokus pada orang-orang Kepemimpinan
merupakan suatu proses dimana sang pemimpin mampu mempengaruhi pengikutnya
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajer/Pemimpin adalah seorang yang
karena pengalaman, pengetahuan, dan keterampilannya diakui oleh organisasi
untuk memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan dan mengembangkan kegiatan
organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Kemampuan intelektualnya yang tinggi,
telah membentuk gaya kepemimpinan gagasan, organisasi adalah hanyalah alat atau
instrumen dari sebuah pemikiran yang
diusung bersama sama, dipahami, dan disepakati bersama sama.
- SARAN
Kepemimpinan dikatakan sukses jika orang-orang itu
kemudian bergerak, maju dan menganggap tujuan tadi milik mereka yang harus
mereka perjuangkan dan capai. Pengaruh kepada lingkungannya, Manajemen
kepemimpinen sangat berpengaruh keberadaannya, mendorong perubahan dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko,T Hani.2009.Manajemen.Edisi
2 Yogyakarta:BPFE.
W. Brown steven. 1998. manajemen kepemipinan. Jakarta: Profesional Books.
Bongkar,Rahman.2014.”Gaya Kepemimpinan Laissez Faire”. Diunduh Sabtu,03 Januari 2015,pukul 19.45 WIB.
Rahman,Citra
Putri.2013.”Gaya Kepemimpinan Yang Ideal”.Diunduh Sabtu,03 Januari 2015,pukul
19.55 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar