BAHASA
INDONESIA MENJADI KETERPELAJARAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL EKONOMI

Nama
penyusun :
1. Nabila
Okka Arisani
2. Nanik
Wahyuni
3. Nurmaita
Kelas
XII AK 2
SMK
AL HIDAYAH I JAKARTA
Jl.
Bhakti No.25
Jakarta
Selatan
Tahun Pelajaran 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa
merupakan alat yang dipakai masyarakat untuk mengekspresikan gagasan yang telah
menjadi konsensus bersama. Ekspresi bahasa yang digunakan manusia tersebut menggambarkan kecenderungan masyarakat
penuturnya.
Penggunaan bahasa tersebut
berhubungan dengan berbagai faktor, baik faktor kebahasaan itu sendiri maupun faktor non kebahasaan , seperti
faktor
sosial budaya,
termasuk tata hubungan antara pembicara dan pendengar. Implikasinya adalah
bahwa tiap-tiap kelompok masyarakat mempunyai kekhususan dalam hal nilai-nilai
sosial budaya dan variasi penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. Maka dari
itu kami akan mengupas semua hubungan bahasa Indonesia dengan kedudukan social
ekonomi.
1.2
Tujuan Laporan
2.1
Menjelaskan fungsi bahasa sebagai fungsi social ?
2.2
Menjelaskan hubungan bahasa dengan kelas social ?
2.3
Menjelaskan hubungan bahasa dengan pranata social ?
1.3
Rumusan Masalah
3.1 Apa yang dimaksud fungsi bahasa sebagai fungsi sosial ?
3.2 Bagaimanakah hubungan bahasa dengan masyarakat?
3.3 Bagaimanakah
penggunaan bahasa dalam kelas-kelas soisal ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menjelaskan
fungsi Bahasa sebagai fungsi social.
Manusia adalah mahkluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk
keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan terbentuknya berbagai bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri
yang unik yang menyebabkannya berbeda dengan bahasa lainnya. “Dengan bahasa
manusia selalu mengadakan interaksi dengan sesamanya” (Chaer, 1994)1.
Bahasa dan masyarakat, bahasa dan
kemasyarakatan, dua hal yang bertemu di satu titik, artinya antara bahasa dan
masyarakat tidak akan pernah terpisahkan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi
yang arbitrer, digunakan oleh anggota masayarakat sebagai alat komunikasi,
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa begitu melekat erat, menyatu
jiwa di setiap penutur di dalam masyarakat. Ia laksana sebuah senjata ampuh
untuk mempengaruhi keadaan masyarakat dan kemasyarakatan. Fungsi bahasa sebagai
alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan di dalam masyarakat inilah di
namakan fungsi bahasa secara tradisional. Maka dapat di katakan hubungan antara
bahasa dan penggunanya di dalam masyarakat ini merupakan kajian
sosiolinguistik.
Berbicara
tentang bahasa dan masyarakat, maka tidak terlepas dari istilah “ masyarakat
bahasa”. Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang memiliki bahasa bersama
atau merasa termasuk dalam kelompok itu, atau berpegang pada bahasa standar
yang sama. Masyarakat tutur adalah istilah netral. Ia dapat dipergunakan untuk
menyebut masyarakat kecil atau sekelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa
yang relatif sama dan mempunyai penilaian yang sama dalam bahasanya.
Fungsi bahasa dimaksud sebagai
fungsi sosial yaitu untuk membentuk arahan dan fungsi interpersonal yaitu
menjaga hubungan baik serta fungsi imajinatif yaitu untuk menerangkan alam
fantasi serta fungsi emosi seperti untuk mengungkapkan suasana hati seperti
marah, sedih, gembira dan apresiasi.

1Abdul Chaer,Linguistik
Umum(Jakarta:Rineka Cipta),1994.
Perkembangan bahasa yang sejalan dengan perkembangan
kehidupan manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang berubah-ubah antara
lain dengan penggunaan bahasa sebagai alat pergaulan tertentu yang dikenal
dengan variasi bahasa.
Adapun untuk membedakan dialek
sosial dan sosiolinguistik dapat dicermati pendapat Halliday (Danawati, 2012)1 yang
membedakan dialek dan register sebagai berikut:
(1) Dialek merupakan variasi bahasa
berdasarkan pemakai atau ditentukan oleh siapa yang berbicara,
mencerminkan golongan sosial dalam hirarki struktur sosial, dan perbedaan
bahasa didasarkan pada perbedaan kelompok sosial.
(2) Register merupakan variasi bahasa
berdasarkan pemakaiannya atau ditentukan oleh apa yang dibicarakan,
mencerminkan golongan sosial dalam proses atau interaksi sosial, dan perbedaan
berbahasa disebabkan oleh perbedaan konteks.
Perbedaan
antara dialek dan register ini menjadikan batas kajian dialektologi dan
sosiolinguistik menjadi lebih jelas. Fenomena pemilihan bahasa dalam masyarakat
multibahasa merupakan gejala yang menarik untuk dikaji. Dalam mempelajari
bahasa yang berhubungan dengan sosial budaya akan menghasilkan suatu hubungan
timbal balik antara bahasa dan pengguna bahasa tersebut yakni; pertama, struktur sosial dapat
mempengaruhi dan menentukan struktur atau perilaku berbahasa. Kedua, struktur atau perilaku bahasa
dapat mempengaruhi dan menentukan struktur social.
Bagaimanakah bentuk
hubungan antara bahasa dengan masyarakat? Bentuk hubungan bahasa dengan
masyarakat adalah adanya hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu, yang
disebut variasi ragam atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi
tertentu didalam masyarakat.Sebagai contoh di dalam kegiatan pendidikan kita
menggunakan ragam baku, untuk kegiatan yang sifatnya santai ( non formal ) kita
menggunakan bahasa yang tidak baku, di dalam kegiatan berkarya seni kita
menggunakan ragam sastra dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan menggunakan
bahasa yang benar, yaitu penggunaan bahasa pada situasi yang tepat atau sesuai
konteks di mana kita menggunakan bahasa itu untuk aktivitas komunikasi

Masyarakat
merupakan keadaan yang beragam, termasuk tingkatan sosial didalamnya.
Berdasarkan hal tersebut maka terdapat hubungan antara bahasa dengan tingkatan sosial
yang ada didalam masyarakat.Tingkatan sosial di dalam masyarakat ini dapat
ditinjau dari dua segi. Pertama, dari
segi kebangsawanan; dan yang kedua dari
segi kadudukan sosial yang berupa tingkatan pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi yang dimiliki. Biasanya orang yang mamiliki taraf pendidikan tinggi
maka keadaan perekonomian juga tinggi, namun hal ini tidaklah mutlak.Bisa saja
orang yang memiliki taraf pendidikan yang baik, namun taraf perekonomianya
kurang baik. Di sisi lain orang yang tidak memiliki taraf pendidikan yang baik,
namun memiliki keadaan sosial ekonomi yang baik.
Tingkat sosial yang berbeda juga
menyebabkan perbedaan variasi yang berbeda. Sebagi contoh apabila wong cilik
berbicara dengan priyayi atau ndara atau petani yang tidak berpendidikan
berbicara dengan ndara yang berpendidikan, maka masing – masing menggunakan
variasi bahasa jawa yang berlainan. Pihak yang tingkat sosialnya lebih rendah
menggunakan tingkat bahasa yang lebih tinggi yaitu krama, dan yang tingkat
sosialnya lebih tinggi menggunakan tingkat bahasa yang lebih rendah, yaitu
ngoko. Variasi bahasa seperti ini di dalam bahasa jawa disebut undak usuk.
Penggunakan tingkatan bahasa yang disebut undak usuk ini mempertimbangkan
kedudukan tingkat sosial yang dimiliki. Adanya tingkat – tingkat bahasa ini
menyebabkan penutur dari masyarakat jawa tersebut untuk mengetahui lebih dulu
kedudukan sosialnya terhadap lawan bicaranya. Ada kalanya mudah, tetapi
seringkali tidak mudah. Lebih – lebih lagi kalau terjadi si penutur lebig tinggi
kedudukan sosialnya tetapi usianya lebih muda. Atau sebaliknya, kedudukan
sosialnya lebih rendah, tetapi usianya lebih tua dari lawan bicarnya
2.2 Menjelaskan hubungan bahasa dengan kelas sosial .
Kelas sosial mengacu pada golongan masyarakat yang
mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti
ekonomi pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak
di keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri , dia juga
masuk ke dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk
kelas sosial golongan “terdidik” dan sebagainya.
Kita melihat di indonesia kelas sekelompok
pejabat yang mempunyai kedudukan tinggi. Tetapi ragam bahasanya justru nonbaku.
Ragam bahasa mereka dapat dikenali dari segi lafal mereka, yaitu akhiran –kan
yang dilafalkan –ken. Jadi perbedaan atau penggolongan kelompok
masyarakat manusia tercermin dalam ragam bahasa golongan masyarakat
itu.
Tidak hanya itu, perbedaan
penempatan kelas yang didasarkan kepada factor ekonomi, juga membuat adanya
perbedaan gaya berbicara di masing-masing kelas. Hal tersebut membuat adanya
penerimaan pengucapan yang seragam dari tiap kalangan. Misalnya, pengucapan
yang seragam dari kalangan elit, seperti kapitalis, pemilik tanah, pegawai
negeri sipil, dan aristokrat atau kaum bangsawan. Kalangan elit tersebut
menyeragamkan pengucapan yang berbeda dari kalangan lainnya yang tidak
mempunyai kekuatan ekonomi dan budaya. Perbedaan bahasa tersebut dapat dilihat
lebih dalam berdasarkan faktor kelas sosial dan usia pemakai bahasa tersebut.
Hal tersebut disebabkan dalam sosiolinguistik masyarakat dibedakan berdasarkan
gender, usia, dan kelas sosial.
Dalam masyarakat kota besar yang
heterogen dan multi etnis, tingkat status sosial berdasarkan
derajad kebangsawanan mungkin sudah tidak ada , atau walaupun ada sudah tidak
dominan lagi. Sebagai gantinya adalah lapisan tingkatan dilihat status sosial
ekonomi. Itulah keadaan masyarakat ibu kota yang di kenal sebagai golongan
atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Pihak yang berpredikat golongan
atas, golongan menengah ataupun golongan bawah bersifat relatif, agak sukar
ditentukan, namun kalau dilihat dari keadaan/status sosial ekonomi, maka
anggota ketiga golongan itu bisa ditentukan.Masalah kita sekarang adalah adakah
hubungan antara kelas-kelas golongan sosial ekonomi ini dari penggunaan bahasa.
Chambers ( 1995 ) memaparkan bahwa
“pembagian kelas sosial yang berkaitan dengan penelitian bahasa, pembagian
kelas sosial dapat ditentukan oleh beberapa variabel. Salah satunya adalah
pekerjaan”.
Berdasarkan pekerjaan, Chambers (2003:42)1 “membagi kelas sosial menjadi tiga,
yaitu masyarakat kelas sosial atas, menengah, dan bawah”. Masyarakat kelas sosial atas adalah orang-orang
yang bekerja sebagai pengusaha, direktur, dan penerima warisan kekayaan.
Masyarakat kelas sosial menengah adalah orang-orang yang bekerja sebagai ahli
dan kepala bagian. Masyarakat kelas bawah adalah orang-orang yang bekerja
sebagai buruh, pembantu, penjaga toko, dan pekerja kasar lainnya yang
mengandalkan kekuatan serta tenaga saja

1J.K Chambers, Sociolinguistic
theory(Oxford:Blackwell Publishing,2003)42
3.3
Menjelaskan hubungan bahasa dengan pranata social .
Kehidupan
bermasyarakat selalu menimbulkan hubungan antarmanusia dalam suatu lingkungan
kehidupan tertentu. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan manusia lain
untuk berinteraksi dan saling memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat
dipenuhinya sendiri.
Pranata sosial berasal dari
bahasa asing social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi
yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan. Menurut
Horton dan Hunt (1987), “yang
dimaksud dengan pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu
tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting.” Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial
yang terorganisir yang yang mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum
yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok warga masyarakat.
Tiga kata kunci di dalam pembahasan mengenai pranata sosial adalah:
1) Nilai dan
Norma
2) Pola
perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum, dan
3) Sistem
hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk
melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.
Menurut Koenjaraningrat (1978)” yang
dimaksud dengan pranata-pranata sosial adalah sistem-sistem yang menjadi wahana
yang memungkinkan warga masyarakatnya untuk berinteraksi menurut pola-pola
resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan mereka.”
Pranata
sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsional,artinya bahwa eksistensinya
hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat
dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.
Pranata
sosial terdapat dalam setiap masyarakat, baik masyarakat sederhana maupun
masyarakat kompleks atau masyarakat modern, karena pranata sosial merupakan
tuntutan mutlak adanya suatu masyarakat atau komunitas. Sebuah komunitas dimana
manusia tinggal bersama membutuhkan pranata demi tujuan keteraturan. Semakin
kompleks kehidupan masyarakat semakin kompleks pula pranata yang dibutuhkan
atau yang dihasilkan guna pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam kehidupan bersama.
Pranata berjalan seiring dengan semakin majunya masyarakat.
Hal-hal di
atas telah membuktikan bahwa bahasa sangat berperan dalam kegiatan manusia.
Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial, selain untuk mengatur
agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus
untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan
tertib dan lancer sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat itu
sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa kedudukan social memengaruhi pemerolehan bahasa seseorang.
Keterkaitan ketiganya dapat dilihat berdasarkan lingkungan, tingkat pendidikan
dan jaringan sosial. Orang yang mempunyai lingkungan, tingkat pendidikan, dan
jaringan sosial yang berasal dari kelas menengah kebawah akan berbeda dengan
kelas menengah atas walaupun usia kelas menengah kebawah lebih tua dan kelas
menengah keatas lebih muda dan sebaliknya. Perbedaan penempatan kelas yang
didasarkan kepada factor ekonomi, juga membuat adanya perbedaan gaya berbicara
di masing-masing kelas. Hal tersebut membuat adanya penerimaan pengucapan yang
seragam dari tiap kalangan. Kemudian berdasarkan teori kelas sosial Chambers membagi
kelas menjadi kelas menengah bawah, kelas pekerja, kelas menengah, dan kelas
menengah atas, sedangkan kelas bawah, menengah, dan atas. Dan hal-hal
di atas telah membuktikan bahwa bahasa sangat berperan dalam kegiatan manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwasiah,
A Chaedar.1985. Sosiologi Bahasa. Bandung:
Angkasa Badudu
Chaer,
Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chambers, J.K. 2003. Sociolinguistic Theory. Oxford: Blackwell Publishing.
file///G:/net/PRANATA SOSIAL.htm
http://net/komunitas anak sastra, universitas
pendidikan Indonesia-linguistik-sastra jurnalis/net/hubungan-bahasa-dengan-konteks-sosial.html
Sajalah, Irmanto.2010.file:///G/net/pranata
social_Irmanto sajalah.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar