Total Tayangan Halaman

Jumat, 02 Oktober 2015

BAHASA INDONESIA MENJADI KETERPELAJARAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL EKONOMI



BAHASA INDONESIA MENJADI KETERPELAJARAN DAN KEDUDUKAN SOSIAL EKONOMI



Nama penyusun :
1.   Nabila Okka Arisani
2.   Nanik Wahyuni
3.   Nurmaita
Kelas XII AK 2

SMK AL HIDAYAH I JAKARTA
Jl. Bhakti No.25
Jakarta Selatan
Tahun  Pelajaran 2013/2014
 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Bahasa merupakan alat yang dipakai masyarakat untuk mengekspresikan gagasan yang telah menjadi konsensus bersama. Ekspresi bahasa yang digunakan manusia tersebut  menggambarkan kecenderungan masyarakat penuturnya.
Penggunaan bahasa tersebut berhubungan dengan berbagai faktor, baik  faktor kebahasaan itu sendiri maupun faktor non kebahasaan , seperti faktor sosial budaya, termasuk tata hubungan antara pembicara dan pendengar. Implikasinya adalah bahwa tiap-tiap kelompok masyarakat mempunyai kekhususan dalam hal nilai-nilai sosial budaya dan variasi penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. Maka dari itu kami akan mengupas semua hubungan bahasa Indonesia dengan kedudukan social ekonomi.

1.2              Tujuan Laporan
2.1              Menjelaskan fungsi bahasa sebagai fungsi social ?
2.2                                                  Menjelaskan hubungan bahasa dengan kelas social ?
2.3              Menjelaskan hubungan bahasa dengan pranata social ?

1.3              Rumusan Masalah
3.1       Apa yang dimaksud  fungsi bahasa sebagai fungsi sosial ?
3.2       Bagaimanakah  hubungan  bahasa dengan masyarakat?
3.3       Bagaimanakah penggunaan bahasa dalam kelas-kelas soisal ?





BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Menjelaskan fungsi Bahasa sebagai fungsi social.
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya berbagai bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkannya berbeda dengan bahasa lainnya. “Dengan bahasa manusia selalu mengadakan interaksi dengan sesamanya” (Chaer, 1994)1.
Bahasa dan masyarakat, bahasa dan kemasyarakatan, dua hal yang bertemu di satu titik, artinya antara bahasa dan masyarakat tidak akan pernah terpisahkan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh anggota masayarakat sebagai alat komunikasi, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa begitu melekat erat, menyatu jiwa di setiap penutur di dalam masyarakat. Ia laksana sebuah senjata ampuh untuk mempengaruhi keadaan masyarakat dan kemasyarakatan. Fungsi bahasa sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan di dalam masyarakat inilah di namakan fungsi bahasa secara tradisional. Maka dapat di katakan hubungan antara bahasa dan penggunanya di dalam masyarakat ini merupakan kajian sosiolinguistik.
Berbicara tentang bahasa dan masyarakat, maka tidak terlepas dari istilah “ masyarakat bahasa”. Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang memiliki bahasa bersama atau merasa termasuk dalam kelompok itu, atau berpegang pada bahasa standar yang sama. Masyarakat tutur adalah istilah netral. Ia dapat dipergunakan untuk menyebut masyarakat kecil atau sekelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa yang relatif sama dan mempunyai penilaian yang sama dalam bahasanya.
Fungsi bahasa dimaksud sebagai fungsi sosial yaitu untuk membentuk arahan dan fungsi interpersonal yaitu menjaga hubungan baik serta fungsi imajinatif yaitu untuk menerangkan alam fantasi serta fungsi emosi seperti untuk mengungkapkan suasana hati seperti marah, sedih, gembira dan apresiasi.
 

1Abdul Chaer,Linguistik Umum(Jakarta:Rineka Cipta),1994.
Perkembangan bahasa yang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang berubah-ubah antara lain dengan penggunaan bahasa sebagai alat pergaulan tertentu yang dikenal dengan variasi bahasa.
Adapun untuk membedakan dialek sosial dan sosiolinguistik dapat dicermati pendapat Halliday (Danawati, 2012)1 yang membedakan dialek dan register sebagai berikut:
(1)   Dialek merupakan variasi bahasa berdasarkan pemakai atau ditentukan oleh siapa yang berbicara, mencerminkan golongan sosial dalam hirarki struktur sosial, dan perbedaan bahasa didasarkan pada perbedaan kelompok sosial.
(2)   Register merupakan variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya atau ditentukan oleh apa yang dibicarakan, mencerminkan golongan sosial dalam proses atau interaksi sosial, dan perbedaan berbahasa disebabkan oleh perbedaan konteks.
     Perbedaan antara dialek dan register ini  menjadikan batas kajian dialektologi dan sosiolinguistik menjadi lebih jelas. Fenomena pemilihan bahasa dalam masyarakat multibahasa merupakan gejala yang menarik untuk dikaji. Dalam mempelajari bahasa yang berhubungan dengan sosial budaya akan menghasilkan suatu hubungan timbal balik antara bahasa dan pengguna bahasa tersebut yakni; pertama, struktur sosial dapat mempengaruhi dan menentukan struktur atau perilaku berbahasa. Kedua, struktur atau perilaku bahasa dapat mempengaruhi dan menentukan struktur social.
Bagaimanakah bentuk hubungan antara bahasa dengan masyarakat? Bentuk hubungan bahasa dengan masyarakat adalah adanya hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu, yang disebut variasi ragam atau dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu didalam masyarakat.Sebagai contoh di dalam kegiatan pendidikan kita menggunakan ragam baku, untuk kegiatan yang sifatnya santai ( non formal ) kita menggunakan bahasa yang tidak baku, di dalam kegiatan berkarya seni kita menggunakan ragam sastra dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan menggunakan bahasa yang benar, yaitu penggunaan bahasa pada situasi yang tepat atau sesuai konteks di mana kita menggunakan bahasa itu untuk aktivitas komunikasi



1Danawati, Penjelasan secara lisan dalam Mata Kuliah Dialektologi, Juni 2012.
Masyarakat merupakan keadaan yang beragam, termasuk tingkatan sosial didalamnya. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat hubungan antara bahasa dengan tingkatan sosial yang ada didalam masyarakat.Tingkatan sosial di dalam masyarakat ini dapat ditinjau dari dua segi. Pertama, dari segi kebangsawanan; dan yang kedua dari segi kadudukan sosial yang berupa tingkatan pendidikan dan keadaan sosial ekonomi yang dimiliki. Biasanya orang yang mamiliki taraf pendidikan tinggi maka keadaan perekonomian juga tinggi, namun hal ini tidaklah mutlak.Bisa saja orang yang memiliki taraf pendidikan yang baik, namun taraf perekonomianya kurang baik. Di sisi lain orang yang tidak memiliki taraf pendidikan yang baik, namun memiliki keadaan sosial ekonomi yang baik.
Tingkat sosial yang berbeda juga menyebabkan perbedaan variasi yang berbeda. Sebagi contoh apabila wong cilik berbicara dengan priyayi atau ndara atau petani yang tidak berpendidikan berbicara dengan ndara yang berpendidikan, maka masing – masing menggunakan variasi bahasa jawa yang berlainan. Pihak yang tingkat sosialnya lebih rendah menggunakan tingkat bahasa yang lebih tinggi yaitu krama, dan yang tingkat sosialnya lebih tinggi menggunakan tingkat bahasa yang lebih rendah, yaitu ngoko. Variasi bahasa seperti ini di dalam bahasa jawa disebut undak usuk. Penggunakan tingkatan bahasa yang disebut undak usuk ini mempertimbangkan kedudukan tingkat sosial yang dimiliki. Adanya tingkat – tingkat bahasa ini menyebabkan penutur dari masyarakat jawa tersebut untuk mengetahui lebih dulu kedudukan sosialnya terhadap lawan bicaranya. Ada kalanya mudah, tetapi seringkali tidak mudah. Lebih – lebih lagi kalau terjadi si penutur lebig tinggi kedudukan sosialnya tetapi usianya lebih muda. Atau sebaliknya, kedudukan sosialnya lebih rendah, tetapi usianya lebih tua dari lawan bicarnya

2.2        Menjelaskan hubungan bahasa dengan kelas sosial .
Kelas sosial mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang  kemasyarakatan seperti ekonomi pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak di keluarganya, yang  juga berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri , dia juga masuk ke dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial golongan “terdidik” dan sebagainya.
Kita melihat di indonesia kelas sekelompok pejabat yang mempunyai kedudukan tinggi. Tetapi ragam bahasanya justru nonbaku. Ragam bahasa mereka dapat dikenali dari segi lafal mereka, yaitu akhiran –kan yang dilafalkan –ken. Jadi perbedaan atau penggolongan kelompok masyarakat  manusia tercermin dalam ragam bahasa golongan masyarakat itu.
Tidak hanya itu, perbedaan penempatan kelas yang didasarkan kepada factor ekonomi, juga membuat adanya perbedaan gaya berbicara di masing-masing kelas. Hal tersebut membuat adanya penerimaan pengucapan yang seragam dari tiap kalangan. Misalnya, pengucapan yang seragam dari kalangan elit, seperti kapitalis, pemilik tanah, pegawai negeri sipil, dan aristokrat atau kaum bangsawan. Kalangan elit tersebut menyeragamkan pengucapan yang berbeda dari kalangan lainnya yang tidak mempunyai kekuatan ekonomi dan budaya. Perbedaan bahasa tersebut dapat dilihat lebih dalam berdasarkan faktor kelas sosial dan usia pemakai bahasa tersebut. Hal tersebut disebabkan dalam sosiolinguistik masyarakat dibedakan berdasarkan gender, usia, dan kelas sosial.
Dalam masyarakat kota besar yang heterogen dan multi etnis, tingkat status sosial berdasarkan derajad kebangsawanan mungkin sudah tidak ada , atau walaupun ada sudah tidak dominan lagi. Sebagai gantinya adalah lapisan tingkatan dilihat status sosial ekonomi. Itulah keadaan masyarakat ibu kota yang di kenal sebagai golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Pihak yang berpredikat golongan atas, golongan menengah ataupun golongan bawah bersifat relatif, agak sukar ditentukan, namun kalau dilihat dari keadaan/status sosial ekonomi, maka anggota ketiga golongan itu bisa ditentukan.Masalah kita sekarang adalah adakah hubungan antara kelas-kelas golongan sosial ekonomi ini dari penggunaan bahasa.
Chambers ( 1995 ) memaparkan bahwa “pembagian kelas sosial yang berkaitan dengan penelitian bahasa, pembagian kelas sosial dapat ditentukan oleh beberapa variabel. Salah satunya adalah pekerjaan”.
 Berdasarkan pekerjaan, Chambers (2003:42)1membagi kelas sosial menjadi tiga, yaitu masyarakat kelas sosial atas, menengah, dan bawah”. Masyarakat kelas sosial atas adalah orang-orang yang bekerja sebagai pengusaha, direktur, dan penerima warisan kekayaan. Masyarakat kelas sosial menengah adalah orang-orang yang bekerja sebagai ahli dan kepala bagian. Masyarakat kelas bawah adalah orang-orang yang bekerja sebagai buruh, pembantu, penjaga toko, dan pekerja kasar lainnya yang mengandalkan kekuatan serta tenaga saja

 

1J.K Chambers, Sociolinguistic theory(Oxford:Blackwell Publishing,2003)42

3.3       Menjelaskan hubungan bahasa dengan pranata social .
Kehidupan bermasyarakat selalu menimbulkan hubungan antarmanusia dalam suatu lingkungan kehidupan tertentu. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan manusia lain untuk berinteraksi dan saling memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.
 Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan. Menurut Horton dan Hunt (1987), yang dimaksud dengan pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting.” Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang yang mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan pokok warga masyarakat. 
Tiga kata kunci di dalam pembahasan mengenai pranata sosial adalah:
1)     Nilai dan Norma
2)     Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum, dan
3)     Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.
            Menurut Koenjaraningrat (1978)” yang dimaksud dengan pranata-pranata sosial adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakatnya untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan mereka.”
Pranata sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsional,artinya bahwa eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.
 Pranata sosial terdapat dalam setiap masyarakat, baik masyarakat sederhana maupun masyarakat kompleks atau masyarakat modern, karena pranata sosial merupakan tuntutan mutlak adanya suatu masyarakat atau komunitas. Sebuah komunitas dimana manusia tinggal bersama membutuhkan pranata demi tujuan keteraturan. Semakin kompleks kehidupan masyarakat semakin kompleks pula pranata yang dibutuhkan atau yang dihasilkan guna pemenuhan kebutuhan pokoknya dalam kehidupan bersama. Pranata berjalan seiring dengan semakin majunya masyarakat.
Hal-hal di atas telah membuktikan bahwa bahasa sangat berperan dalam kegiatan manusia. Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancer sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat itu sendiri.



















BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan social memengaruhi pemerolehan bahasa seseorang. Keterkaitan ketiganya dapat dilihat berdasarkan lingkungan, tingkat pendidikan dan jaringan sosial. Orang yang mempunyai lingkungan, tingkat pendidikan, dan jaringan sosial yang berasal dari kelas menengah kebawah akan berbeda dengan kelas menengah atas walaupun usia kelas menengah kebawah lebih tua dan kelas menengah keatas lebih muda dan sebaliknya. Perbedaan penempatan kelas yang didasarkan kepada factor ekonomi, juga membuat adanya perbedaan gaya berbicara di masing-masing kelas. Hal tersebut membuat adanya penerimaan pengucapan yang seragam dari tiap kalangan. Kemudian berdasarkan teori kelas sosial Chambers membagi kelas menjadi kelas menengah bawah, kelas pekerja, kelas menengah, dan kelas menengah atas, sedangkan kelas bawah, menengah, dan atas. Dan hal-hal di atas telah membuktikan bahwa bahasa sangat berperan dalam kegiatan manusia.














DAFTAR PUSTAKA
Alwasiah, A Chaedar.1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Badudu
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chambers, J.K. 2003. Sociolinguistic Theory. Oxford: Blackwell Publishing.
file///G:/net/PRANATA SOSIAL.htm
http://net/komunitas anak sastra, universitas pendidikan Indonesia-linguistik-sastra jurnalis/net/hubungan-bahasa-dengan-konteks-sosial.html
Sajalah, Irmanto.2010.file:///G/net/pranata social_Irmanto sajalah.htm





Tidak ada komentar:

Posting Komentar